3 Contoh Aset pada Dunia Digital seperti Crypto, AI, dan Emas: Apakah Masa Depan Hybrid akan Terlaksanakan?

Aset Digital Seperi Crypto dan Emas Digital

Dunia Digital Tetap Butuh Aset Riil

Saat teknologi berkembang pesat, kita seringkali terjebak dalam euforia inovasi dunia digitaldimulai dari blockchain yang merevolusi keuangan, hingga kecerdasan buatan yang mengubah cara kerja industri. Namun, di tengah gelombang digitalisasi yang masif ini, sebuah pertanyaan fundamental muncul: apakah dunia yang serba digital ini benar-benar bisa melepaskan diri dari aset riil?

Jawabannya mengejutkan: tidak. Bahkan, konvergensi antara cryptocurrency, AI, dan emas justru menciptakan ekosistem hybrid yang lebih kuat—sebuah masa depan di mana teknologi dan prinsip investasi tradisional berjalan beriringan.

Tokenisasi Emas: Jembatan Antara Dua Dunia

Selama ribuan tahun, emas telah menjadi simbol keamanan dan penyimpan nilai. Namun, kepemilikan emas fisik selalu memiliki tantangan: biaya penyimpanan yang tinggi, likuiditas terbatas, dan hambatan geografis. Tokenisasi emas hadir sebagai solusi revolusioner yang menggabungkan keandalan emas dengan efisiensi blockchain.

Tokenisasi emas adalah proses mengubah emas fisik menjadi token digital yang dapat diperdagangkan 24/7 di platform blockchain. Setiap token mewakili kepemilikan sejumlah emas tertentu yang disimpan di brankas teregulasi. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan likuiditas, tetapi juga membuka akses kepada investor kecil melalui kepemilikan fraksional.

Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa permintaan emas dalam bentuk ETF yang didukung emas melonjak 23% pada tahun 2020, dengan arus masuk bersih mencapai 877 ton senilai lebih dari $48 miliar. Tren ini membuktikan bahwa investor semakin tertarik pada versi digital dari aset riil.

Platform seperti Tether Gold telah menunjukkan potensi besar dengan kapitalisasi pasar yang melampaui $500 juta pada tahun 2021. Transparansi blockchain memastikan bahwa setiap token benar-benar didukung oleh emas fisik, memberikan kepercayaan yang tidak mungkin dicapai di pasar tradisional.

Bitcoin Miner: Dari Crypto ke Infrastruktur AI

Sementara tokenisasi emas menghubungkan aset fisik dengan dunia digital, para penambang Bitcoin mengalami transformasi yang tak kalah menarik. Infrastruktur yang awalnya dibangun untuk menambang cryptocurrency kini menjadi aset berharga dalam era kecerdasan buatan.

Frank Holmes dari Hive Digital Technologies menjelaskan bahwa membangun pusat data dari awal membutuhkan waktu tiga tahun. Namun, mengubah pusat data penambangan Bitcoin menjadi pusat data AI hanya memerlukan sembilan bulan. Efisiensi ini menempatkan Bitcoin miner dalam posisi strategis untuk memanfaatkan ledakan permintaan komputasi AI.

Kasus TeraWulf menjadi bukti nyata: sahamnya melonjak hampir 60% dalam satu hari setelah mendapatkan kesepakatan senilai $3,2 miliar dengan Alphabet. Investor institusional seperti Citadel Securities mulai mengakuisisi saham perusahaan penambangan crypto yang beralih ke AI, seperti kepemilikan 5,4% mereka di Hive Digital.

Yang menarik, valuasi Bitcoin miner masih jauh lebih rendah dibandingkan perusahaan pusat data konvensional. Holmes mencatat bahwa Bitcoin miner seperti Hive diperdagangkan kurang dari 2 kali EBITDA, sementara ETF pusat data diperdagangkan pada 20 kali EBITDA. Kesenjangan valuasi ini menciptakan peluang investasi yang signifikan.

Kevin O’Leary dari Shark Tank menganalogikannya dengan masa demam emas: “Jika saya harus mulai berinvestasi dalam emas 300 tahun yang lalu, saya akan berinvestasi dalam emas, penambang emas, perusahaan yang membuat jeans, pick, dan sekop. Dan saya akan melakukannya jauh lebih baik daripada hanya memiliki emas.”

Konvergensi: Mengapa Dunia Digital Butuh Aset Riil

Pola yang muncul dari kedua fenomena ini sangat jelas: teknologi digital tidak menggantikan aset riil, melainkan meningkatkan nilainya. Emas tetap menjadi penyimpan nilai, tetapi kini dapat diperdagangkan dengan likuiditas cryptocurrency. Infrastruktur penambangan Bitcoin tetap bernilai, bahkan lebih berharga ketika dapat mendukung komputasi AI.

Ini bukan paradoks—ini adalah evolusi logis. Dunia digital dibangun di atas fondasi fisik: pusat data membutuhkan listrik dan infrastruktur, stablecoin membutuhkan aset pendukung, dan investor tetap mencari safe haven di tengah volatilitas pasar.

Bank sentral Rusia bahkan mempertimbangkan tokenisasi cadangan emas sebagai strategi diversifikasi dari dolar AS. Ini menunjukkan bahwa bahkan institusi besar menyadari nilai dari menggabungkan aset riil dengan teknologi digital.

Pasar AI sendiri membuktikan bahwa hasil nyata lebih penting dari hype. OpenAI beralih dari menghasilkan $0 menjadi $1 miliar dalam pendapatan bulanan dalam kurang dari dua tahun—bukti bahwa AI bukan sekadar gelembung spekulatif seperti era dotcom, melainkan menghasilkan nilai ekonomi riil.

Prinsip yang Bertahan

Di tengah semua inovasi teknologi, beberapa prinsip investasi fundamental tetap relevan:

Diversifikasi tetap krusial. Kombinasi crypto, saham perusahaan AI, dan aset berbasis emas menciptakan portofolio yang lebih resilient.

Aset riil tetap penting. Bahkan dalam bentuk digital, aset yang didukung oleh sesuatu yang nyata—entah emas fisik atau infrastruktur pusat data—memberikan kepercayaan lebih tinggi kepada investor.

Likuiditas adalah kunci. Tokenisasi dan digitalisasi meningkatkan likuiditas aset tradisional, membuat pasar lebih efisien dan inklusif.

Transparansi teknologi membangun kepercayaan. Blockchain memberikan tingkat transparansi dan akuntabilitas yang tidak mungkin dicapai sistem tradisional.

Apakah NUNOMICS.ID Bisa Bersaing untuk Hal Itu Kedepannya?

Menariknya, Indonesia memiliki pemain lokal yang sudah bergerak di persimpangan antara emas fisik dan teknologi digital: NUNOMICS.ID. Platform ini lahir dari inisiatif generasi Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di dunia dengan lebih dari 100 juta anggota dan pengikut.

NUNOMICS meluncurkan aplikasinya secara resmi pada 14 November 2024 sebagai platform keuangan yang mematuhi prinsip syariah. Yang membedakan NUNOMICS adalah fokusnya pada emas fisik—bukan sekadar emas digital. Platform ini menawarkan transaksi emas fisik dengan kemurnian 999,9 yang disimpan di vault dan diawasi langsung oleh Bappebti, Jakarta Futures Exchange (JFX), dan Kliring Berjangka Indonesia (KBI).

Berbeda dengan cryptocurrency konvensional yang pernah dinyatakan haram oleh sebagian ulama NU pada Oktober 2021 karena dianggap spekulatif dan mengandung unsur gharar (ketidakpastian), NUNOMICS mengambil pendekatan yang lebih diterima secara syariah dengan berbasis pada aset riil. Platform ini bekerja sama dengan Kinesis Monetary Indonesia dan PT Pos Indonesia untuk pengelolaan penyimpanan fisik emas.

Keunggulan Kompetitif NUNOMICS:

NUNOMICS memiliki beberapa keunggulan strategis untuk bersaing di pasar hybrid crypto-AI-emas:

Legitimasi Syariah. Dengan dukungan NU dan kepatuhan penuh terhadap prinsip syariah, NUNOMICS memiliki akses ke pasar Muslim Indonesia yang sangat besar—negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Ini memberikan keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki platform global.

Regulasi Lokal. Diawasi oleh Bappebti dan lembaga regulasi lokal lainnya, NUNOMICS beroperasi dalam kerangka hukum yang jelas di Indonesia. Ini mengurangi risiko regulatori yang sering menghantui platform cryptocurrency global.

Aksesibilitas. Transaksi bisa dimulai dari 0,01 gram emas dengan menggunakan harga pasar dunia yang dinamis. Ini membuka akses ke segmen pasar yang lebih luas, termasuk investor kecil yang selama ini terhalang oleh harga emas yang mahal.

Ekosistem Terintegrasi. NUNOMICS tidak hanya menawarkan investasi emas, tetapi juga layanan turunan seperti Gold to Mecca untuk tabungan ibadah haji dan umrah, serta layanan pembayaran tagihan. Ini menciptakan ekosistem yang lebih lengkap dan sticky bagi pengguna.

Tantangan yang Harus Dihadapi:

Namun, untuk benar-benar bersaing di tingkat global dengan platform tokenisasi emas internasional atau perusahaan Bitcoin miner yang beralih ke AI, NUNOMICS menghadapi beberapa tantangan:

Adopsi Teknologi Blockchain. Saat ini, belum jelas seberapa dalam NUNOMICS mengintegrasikan teknologi blockchain dalam operasinya. Platform global seperti Tether Gold atau Paxos menggunakan blockchain untuk transparansi dan likuiditas yang lebih baik.

Skalabilitas Internasional. NUNOMICS masih sangat fokus pada pasar Indonesia. Untuk bersaing secara global, platform ini perlu ekspansi ke pasar internasional dan menghadapi kompetisi dengan pemain besar yang sudah memiliki kapitalisasi pasar ratusan juta dolar.

Integrasi AI. Berbeda dengan Bitcoin miner yang mentransformasi infrastruktur mereka untuk AI, NUNOMICS belum menunjukkan strategi jelas terkait kecerdasan buatan. Ini bisa menjadi peluang atau kelemahan, tergantung pada arah pengembangan platform ke depan.

Edukasi Pasar. Mengingat fatwa haram terhadap cryptocurrency konvensional dari sebagian ulama NU, NUNOMICS perlu terus mengedukasi pasar tentang perbedaan antara cryptocurrency spekulatif dan platform berbasis emas fisik yang mematuhi syariah.

Potensi Masa Depan:

Dengan basis pengguna potensial dari 100 juta anggota NU dan pasar Indonesia yang sedang booming dalam adopsi digital, NUNOMICS memiliki fondasi yang kuat. Jika platform ini dapat:

  1. Mengintegrasikan teknologi blockchain secara lebih transparan
  2. Mengembangkan fitur AI untuk analitik dan personalisasi layanan
  3. Membangun kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi global
  4. Memperluas ke pasar regional seperti Malaysia, Brunei, dan negara Muslim lainnya

Maka NUNOMICS berpotensi menjadi pemain signifikan dalam ekosistem hybrid crypto-AI-emas, khususnya di segmen syariah-compliant yang terus berkembang pesat.

Kerjasama NUNOMICS dengan Kinesis, platform yang telah memiliki pengalaman dalam tokenisasi emas, juga membuka peluang untuk transfer pengetahuan dan teknologi yang bisa mempercepat evolusi platform.

Kesimpulan: Hybrid adalah Masa Depan

Masa depan investasi bukan tentang memilih antara digital atau fisik, antara teknologi atau tradisi. Masa depan adalah tentang hybrid—di mana chip AI dan batangan emas berada dalam satu frame, saling melengkapi dan memperkuat.

Tokenisasi emas mendemokratisasi akses terhadap logam mulia sambil mempertahankan nilai intrinsiknya. Bitcoin miner beradaptasi menjadi tulang punggung infrastruktur AI tanpa meninggalkan akar mereka di cryptocurrency. Dan platform lokal seperti NUNOMICS menunjukkan bahwa inovasi keuangan digital bisa dikembangkan dengan tetap menghormati prinsip-prinsip syariah dan kebutuhan pasar lokal.

Investor yang cerdas memahami bahwa berbagai dunia ini tidak bertentangan, melainkan sinergis. Teknologi terus berubah dengan kecepatan yang mencengangkan. AI akan terus berkembang, blockchain akan terus berevolusi, dan cryptocurrency akan terus berinovasi. Namun, di balik semua perubahan itu, prinsip fundamental tentang nilai, kepercayaan, dan keamanan tetap bertahan.

Teknologi berubah, prinsip bertahan.

Di sinilah letak kekuatan sejati dari pendekatan hybrid: kemampuan untuk beradaptasi dengan inovasi sambil tetap berpijak pada fondasi yang solid. Bagi investor yang memahami dinamika ini—entah melalui platform global atau lokal seperti NUNOMICS—masa depan menawarkan peluang yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga berkelanjutan dan inklusif.


Daftar Pustaka

AINvest. (2025, Agustus). Citadel Securities discloses 5.4% stake in Hive Digital. https://www.ainvest.com/news/citadel-securities-discloses-5-4-stake-hive-digital-2508/

Antier Solutions. (2025). How gold tokenization is shaping the future of wealth preservation. https://www.antiersolutions.com/id/blogs/how-gold-tokenization-is-shaping-the-future-of-wealth-preservation/

Apple Inc. (2024). Nunomics: Emas amanah solutif [Mobile application software]. App Store. https://apps.apple.com/app/nunomics-emas-amanah-solutif/id6670152008

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. (n.d.). Peraturan perdagangan komoditi berjangka. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

BeInCrypto Indonesia. (2025). Mengapa Bitcoin miner duduk di atas tambang emas AI generasi. https://id.beincrypto.com/saham-penambangan-bitcoin-era-ai-peluang-kekayaan/

Blockchain News. (2021, Oktober). Indonesian religious group Nahdlatul Ulama in East Java tagged crypto as haram. https://blockchain.news/news/Is-Cryptocurrency-Haram-This-Indonesian-Religious-Group-Thinks-So

CNBC. (2025, Agustus 18). TeraWulf stock surges on Google deal. https://www.cnbc.com/2025/08/18/terawulf-stock-google-stake-datacenter.html

Cointelegraph. (n.d.). Gold tokenization platforms market analysis. Cointelegraph Research.

CoinDesk. (2021). Tether Gold (XAUT) market capitalization report 2021. CoinDesk Markets.

Google LLC. (2024). Nunomics: Emas amanah solutif [Mobile application software]. Google Play Store. https://play.google.com/store/apps/details?id=com.nunomics.app

Google Finance. (n.d.-a). CoreWeave market performance data [CRWV:NASDAQ]. https://www.google.com/finance/quote/CRWV:NASDAQ

Google Finance. (n.d.-b). HIVE Digital Technologies market data [HIVE:CVE]. https://www.google.com/finance/quote/HIVE:CVE

Holmes, F. (2025). Interview on Bitcoin mining and AI infrastructure transformation [Interview]. BeInCrypto.

Jakarta Futures Exchange. (n.d.). Commodity trading regulations. JFX Indonesia.

Journal of Islamic Thought and Civilization. (n.d.). Cryptocurrency and Shariah law compatibility study. JITC Publications.

Kinesis Money. (2024, November 26). Kinesis and Nahdlatul Ulama launch NUNOMICS APP [Press release]. https://kinesis.money/company-news/kinesis-and-nahdlatul-ulama-launch-nunomics-app/

Kliring Berjangka Indonesia. (n.d.). Physical commodity clearing guidelines. KBI Indonesia.

NUNOMICS. (n.d.). Homepage – NUNOMICS. https://nunomics.id/

O’Leary, K. (2025). Shark Tank investor discusses Bitcoin mining investment strategy [Video]. BeInCrypto. https://youtu.be/063N7tFe3U0

Sholeh, M. A. N., Faiz, M. F., Lukman, M., Muthoifin, M., Shihab, M. S., & Chamim, M. M. (2022). A critical analysis of Islamic law and fatwa of MUI (Majlies Ulama Indonesia) & NU (Nahdlatul Ulama’) on a gold-backed cryptocurrency (OneGram). AL-IHKAM: Jurnal Hukum & Pranata Sosial, 17(2), 506-533. https://doi.org/10.19105/al-lhkam.v17i2.6511

Warta Ekonomi. (2024, Mei 20). Rois Aam PBNU dorong bangkitkan ekosistem digital syariah melalui NUNOMICS. https://wartaekonomi.co.id/read535500/rois-aam-pbnu-dorong-bangkitkan-ekosistem-digital-syariah-melalui-nunomics

World Economic Forum. (n.d.). Blockchain cost savings in global industries report. WEF Publications.

World Gold Council. (2020). Gold ETF holdings and flows report. World Gold Council.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top