Author name: admin_nunomics

Sharia Gold Standard

Sharia Gold Standard: 70% Akan Bertambah Perdebatan Lagi?

Wacana Kembalinya Sistem Keuangan Berbasis Emas Syar’i Pernahkah Anda membayangkan sebuah dunia di mana uang memiliki nilai intrinsik yang stabil, tidak tergerus inflasi, dan mampu memberikan keadilan ekonomi bagi semua pihak? Bagi banyak pemikir ekonomi Islam kontemporer, jawaban atas pertanyaan ini terletak pada sebuah konsep yang telah terbukti bertahan selama lebih dari 13 abad: sistem dinar emas dan dirham perak, atau yang kini dikenal sebagai Sharia Gold Standard. Di tengah ketidakstabilan sistem keuangan global yang terus berulang—krisis demi krisis yang melanda dunia dengan interval yang semakin pendek—pertanyaan mengenai kemungkinan kembalinya sistem moneter berbasis emas syar’i bukan lagi sekadar nostalgia historis. Ia menjadi diskursus serius yang layak dikaji secara mendalam, baik dari perspektif ekonomi, syariah, maupun realitas implementasi di era modern. Jejak Emas dalam Sejarah Islam Untuk memahami esensi Sharia Gold Standard, kita perlu menengok ke belakang, ke masa kejayaan peradaban Islam. Sistem moneter berbasis emas dan perak bukanlah inovasi Islam, namun Islam memberikan legitimasi syar’i dan standarisasi yang jelas terhadap penggunaannya. Pada masa Rasulullah SAW, mata uang yang beredar adalah dinar emas Bizantium dan dirham perak Persia. Kedua mata uang ini kemudian diadopsi dan digunakan dalam berbagai ketentuan syariah, mulai dari perhitungan zakat, mahar, diyat (denda), hingga nisab kepemilikan harta. Rasulullah SAW sendiri bersabda: “Sistem timbangan dan takaran adalah sistem yang digunakan oleh penduduk Madinah.” Pernyataan ini menunjukkan pengakuan terhadap standar yang telah ada. Khalifah Umar bin Khattab kemudian menetapkan hubungan berat standar antara dinar dan dirham: 7 dinar harus setara (dalam berat) dengan 10 dirham. Standar ini kemudian diabadikan secara formal ketika Khalifah Abdul Malik bin Marwan mencetak dinar dan dirham Islam pertama pada sekitar tahun 696 Masehi. Dinar Islam memiliki berat 4,25 gram emas murni (24 karat), sementara dirham memiliki berat 2,975 gram perak murni. Yang menarik, standar berat ini bukanlah angka sembarangan. Ia didasarkan pada butir jelai (habbah) sebagai satuan terkecil. Satu mithqal (dinar) setara dengan 72 butir jelai, sementara dirham setara dengan 50,4 butir jelai. Sistem metrik yang natural ini menunjukkan bagaimana Islam membangun fondasi ekonomi yang terukur dan dapat diverifikasi oleh siapa saja. Sistem dinar-dirham ini kemudian menjadi tulang punggung perdagangan internasional selama berabad-abad. Dari Andalusia di Barat hingga Asia Tenggara di Timur, dinar menjadi mata uang yang dihormati dan diterima secara universal. Stabilitas nilainya yang luar biasa tercermin dalam sebuah fakta mencengangkan: dengan 1 dinar pada masa Rasulullah SAW, seseorang dapat membeli seekor kambing. Pada tahun 2000-an, dengan nilai emas setara 1 dinar (sekitar 4,25 gram emas), seseorang masih dapat membeli seekor kambing. Inilah yang disebut sebagai stabilitas nilai riil lintas generasi. Runtuhnya Standar Emas Global Untuk memahami urgensi diskusi mengenai Sharia Gold Standard, kita perlu memahami bagaimana sistem moneter dunia berevolusi—atau dalam pandangan banyak ekonom Islam, berdeviasi—dari prinsip nilai intrinsik. Sistem bimetalik (emas dan perak) mendominasi perdagangan dunia hingga abad ke-20. Namun, Perang Dunia I mengubah segalanya. Negara-negara Eropa menangguhkan konvertibilitas mata uang mereka ke emas untuk membiayai perang. Setelah perang, muncul upaya kembali ke standar emas, namun tidak berlangsung lama. Titik balik terbesar terjadi pada 1944 dengan Bretton Woods Agreement. Sistem ini menetapkan bahwa semua mata uang akan dikaitkan dengan dolar AS, sementara dolar AS sendiri dapat ditukar dengan emas pada nilai tetap: $35 per troy ounce. Namun, sistem ini pun runtuh pada 15 Agustus 1971 ketika Presiden Richard Nixon secara sepihak mengumumkan penghentian konversi dolar ke emas—peristiwa yang dikenal sebagai “Nixon Shock”. Sejak 1971, dunia memasuki era fiat money secara penuh, di mana mata uang tidak lagi memiliki backing apapun kecuali kepercayaan pada otoritas penerbitnya. Uang kertas kini hanya selembar kertas yang nilainya ditentukan oleh kebijakan pemerintah dan bank sentral, bukan oleh nilai intrinsik logam mulia. Konsekuensinya? Dalam 50 tahun penggunaan fiat money (1971-2021), dunia mengalami setidaknya 8 kali krisis ekonomi besar. Bandingkan dengan 13 abad penggunaan standar emas dalam sejarah Islam, yang hanya tercatat mengalami satu krisis besar pada masa Dinasti Mamluk. Statistik ini menjadi argumen kuat bagi pendukung kembalinya sistem moneter berbasis emas. Anatomi Krisis: Mengapa Fiat Money Problematik? Untuk memahami mengapa banyak ekonom Islam mengkritik sistem fiat money, kita perlu membedah tiga pilar fundamental yang menjadi sumber masalahnya. Pertama: Riba dan Sistem Bunga Dalam sistem perbankan konvensional, uang diciptakan melalui mekanisme fractional reserve banking. Bank hanya perlu menyimpan sebagian kecil dari deposit (misalnya 10%) dan dapat meminjamkan sisanya dengan bunga. Sistem ini memiliki kelemahan mendasar: total uang yang harus dikembalikan (pokok + bunga) akan selalu lebih besar dari total uang yang beredar. Dalam terminologi matematika ekonomi, jika R adalah total kebutuhan uang (untuk membayar hutang + bunga) dan G adalah total jumlah uang beredar, maka dalam sistem bunga selalu berlaku R > G. Ini menciptakan situasi zero-sum game di mana seseorang harus gagal bayar agar yang lain bisa membayar hutangnya. Inilah yang disebut sebagai “default by design”—sistem yang secara inheren mendorong kegagalan bisnis. Syariah Islam melarang riba karena memahami dengan sangat baik konsekuensi destruktif dari sistem ini. Bunga menciptakan pengalihan kekayaan yang tidak adil dari sektor riil ke sektor finansial, dari peminjam ke pemberi pinjaman, tanpa adanya risk-sharing yang proporsional. Kedua: Pemisahan Sektor Moneter dari Sektor Riil Salah satu penyebab utama krisis keuangan berulang adalah pemisahan sektor moneter dari sektor riil. Dalam ekonomi konvensional modern, sebagian besar aktivitas keuangan terjadi di pasar derivatif, future trading, dan berbagai instrumen finansial yang tidak terkait dengan aset riil. Beberapa literatur menyebutkan bahwa jarak antara sektor riil dan sektor moneter mencapai 9 kali lipat—artinya, untuk setiap $1 aktivitas ekonomi riil (produksi barang dan jasa), terdapat $9 aktivitas di sektor finansial. Kondisi ini menciptakan bubble ekonomi yang mudah meledak. Ketika ekspektasi di pasar finansial tidak sesuai dengan kondisi ekonomi riil, terjadilah krisis seperti subprime mortgage 2008. Islam memiliki prinsip fundamental: “sektor moneter dan sektor riil harus terkait”. Dalam transaksi jual beli, uang dan barang (ma’qud ‘alaih) harus tersedia karena keduanya merupakan rukun yang wajib ada. Ini mengapa future trading dan margin trading yang tidak diikuti pengiriman barang dianggap tidak sah dalam fiqh muamalah. Ketiga: Inflasi dan Erosi Nilai Fiat money memiliki kelemahan struktural: nilainya terus tergerus oleh inflasi. Data menunjukkan bahwa dalam 40 tahun terakhir, rupiah mengalami penurunan daya beli sebesar 8%

Harga Emas Fisik JFXGOLD X Naik Jadi Rp. 2,3 juta/gram Usai Trump Teken RUU Akhiri US Shutdown

Jakarta, MetalNews Digital – Harga emas lanjutkan penguatannya sampai dengan perdagangan hari ini. Setelah bertahan lama dengan koreksi harganya, harga emas berhasil kembali ke level US$ 4.000 per troy ounce pada 10 November 2025 . Harga emas berjalan menguat seiring dengan para pelaku pasar yang saat ini sedang menanti pengumuman tentang keputusan suara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri penutupan pemerintah federal atau US Shutdown. Pengumuman ini dinanti karena dengan diakhirinya US Shutdown maka pemerintahan kembali dibuka dan aliran data ekonomi kembali dibuka. Presiden Donald Trump telah menandatangani undang-undang yang mengakhiri penutupan pemerintahan AS terlama dalam sejarah AS. Penandatanganan ini dilakukan setelah beberapa jam setelah DPR menyetujui untuk melanjutkan bantuan pangan yang terganggu, membayar ratusan ribu pegawai federal dan menghidupkan kembali sistem pengadilan lalu lintas udara yang terganggu. Tanda tangan Trump pada rancangan undang-undang tersebut yang telah disetujui senat pada awal pekan ini, akan membawa pegawai federal yang terpaksa berhenti bekerja akibat penutupan pemerintahan selama 43 hari kembali ke pekerjaan mereka mulai kamis ini. Meskipun seberapa cepat layanan dan operasi pemerintah sepenuhnya akan pulih namun masih belum jelas. “Kita tidak boleh membiarkan hal ini terjadi lagi,” kata Trump di Ruang Oval selama upacara penandatanganan larut malam yang dia gunakan untuk mengkritik Demokrat. “Ini bukan cara yang tepat untuk mengelola negara.” tambah Donald Trump, Presiden AS dikutip dari Reuters.com. Penutupan pemerintahan AS selama 43 hari ini menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS. Tentunya penutupan pemerintahan AS ini membebani perekonomian dan menghambat data pemerintah, mendorong para pembuat kebijakan dan pasar untuk mengandalkan indikator swasta untuk mengukur kondisi perekonomian. Namun usai ditandatanganinya undang-undang yang mengakhiri penutupan pemerintahan AS seperti memberikan angin segar untuk market. Mengapa tidak, hal ini membuka kembali aliran data ekonomi dan memberikan jalan bagi Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga pada bulan Desember. Dimana hal ini membuka peluang untuk penguatan harga emas akan terjadi pada penutupan tahun 2025. Mengingat emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah. Harga Emas Fisik JFXGOLD X 13 November 2025 : Berakhirnya penutupan pemerintahan AS membawa harga emas fisik JFXGOLD X yang transaksinya menggunakan harga pasar dunia berhasil menguat sebanyak 5,42%. Penguatan ini juga berhasil membawa harganya kembali ke level US$ 4000 per troy ounce, lebih tepatnya pada perdagangan Kamis ini (13/11/2025) harganya berada di angka US$ 4.211.51 per troy ounce atau Rp. 2.301.973 per gram. Pemantauan harga dan transaksi emas fisik di Bursa Komoditi JFX melalui platform JFXGOLD X dapat diaskes pada aplikasi NUNOMICS. Simak informasi lainnya hanya di MetalNews.

Dunia berhenti mengguanakan dollar. BRICS, De-dollarisasi, dan Emas

Perubahan Tatanan Moneter Global pada 10 tahun mendatang: Antara De-Dollarisasi, BRICS, dan Pelarian ke Emas Bertambah Kuat

Selama hampir satu abad, dolar Amerika Serikat telah menjadi raja tanpa tanding dalam panggung ekonomi global. Mata uang ini menguasai hampir 90 persen transaksi valuta asing dan 48 persen pembayaran melalui sistem SWIFT. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fondasi dominasi dolar mulai berguncang. Pertanyaannya bukan lagi apakah dunia akan berhenti mengandalkan dolar, melainkan seberapa cepat pergeseran ini akan terjadi—dan apa yang akan menggantikannya. Momentum De-Dollarisasi: Dari Retorika ke Realitas Istilah “de-dollarisasi” merujuk pada pengurangan signifikan penggunaan dolar AS dalam perdagangan global dan transaksi keuangan. Tren ini bukan sekadar wacana politik, tetapi sudah menjadi strategi konkret yang diterapkan oleh berbagai negara, terutama yang tergabung dalam blok BRICS—Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Perubahan geopolitik global mempercepat proses ini. Pencabutan akses Rusia dari sistem SWIFT setelah invasi ke Ukraina, ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, serta kebijakan moneter Federal Reserve yang berdampak pada pasar global, semuanya mendorong negara-negara mencari alternatif dari sistem keuangan yang didominasi Barat. Negara-negara BRICS kini berusaha meningkatkan kemandirian finansial dan mengurangi kerentanan terhadap sanksi ekonomi AS. Langkah nyata sudah terlihat. Tiongkok dan Rusia kini melakukan sebagian besar perdagangan bilateral mereka menggunakan yuan dan rubel, sepenuhnya melewati dolar. Brasil dan Tiongkok menandatangani kesepakatan penyelesaian perdagangan yuan-real pada tahun 2023. India mulai membeli minyak Rusia menggunakan rupee. Bahkan lebih dari 95 persen perdagangan antara Rusia dan Iran pada tahun 2024 diselesaikan dalam rubel dan rial. Data menunjukkan bahwa pada Maret 2024, lebih dari setengah pembayaran Tiongkok (52,9 persen) diselesaikan dalam RMB, sementara pembayaran dalam dolar AS turun menjadi 42,8 persen. BRICS: Kekuatan Ekonomi yang Tidak Dapat Diabaikan Untuk memahami potensi de-dollarisasi, kita perlu memahami dahsyatnya kekuatan ekonomi BRICS. Pada tahun 2023, ekonomi BRICS secara kolektif menyumbang lebih dari 25 persen output ekonomi global dengan 42 persen populasi dunia. Antara tahun 1990 dan 2015, pangsa ekonomi BRICS dalam output global melonjak dari 5,85 persen menjadi 21,6 persen—transformasi yang luar biasa dalam waktu yang relatif singkat. Secara kolektif, BRICS mengendalikan sekitar 4 triliun dolar AS dalam cadangan devisa konsolidasi dan menarik sekitar 11 persen investasi asing langsung global. Proyeksi menunjukkan bahwa ekonomi BRICS berpotensi melampaui ekonomi G7 pada tahun 2050, menandakan pergeseran fundamental dalam pusat gravitasi ekonomi global dari Barat ke Timur dan Selatan. Ekspansi BRICS menambah momentum pada narasi de-dollarisasi. Pada Januari 2024, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab resmi bergabung, menjadikan blok ini BRICS-10. Indonesia menyusul sebagai anggota penuh pada Januari 2025. Perluasan ini bukan sekadar simbolis—ini merepresentasikan pergeseran serius dalam keseimbangan kekuatan ekonomi global. Institusi BRICS: Fondasi Integrasi Ekonomi Telah dibangun infrastruktur institusional yang solid untuk mendukung ambisi ekonominya. New Development Bank (NDB), yang didirikan pada tahun 2015, kini memiliki kapasitas pembiayaan sebesar 32,8 miliar dolar AS dan menyediakan bantuan keuangan untuk proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan, tidak hanya di negara-negara BRICS tetapi juga di ekonomi berkembang lainnya. Salah satu fitur distinktif NDB adalah pendekatannya dalam membiayai proyek menggunakan mata uang lokal. Pada tahun 2016, NDB mencairkan pinjaman perdananya senilai 811 juta dolar AS, dengan Brasil menerima 300 juta, Tiongkok 81 juta, India 250 juta, dan Afrika Selatan 180 juta dolar AS. Pendekatan pembiayaan dalam mata uang lokal ini tidak hanya mengurangi risiko nilai tukar tetapi juga memperkuat penggunaan mata uang BRICS—real Brasil, rubel Rusia, rupee India, renminbi Tiongkok, dan rand Afrika Selatan—dalam transaksi internasional, secara halus meletakkan dasar untuk kerja sama mata uang yang lebih besar di antara negara-negara anggota. Selain NDB, BRICS juga mendirikan Contingent Reserve Arrangement (CRA) dengan dana 100 miliar dolar AS, yang menyediakan mekanisme dukungan bersama untuk tekanan neraca pembayaran jangka pendek. Institusi-institusi ini menunjukkan komitmen serius BRICS terhadap stabilitas keuangan dan integrasi ekonomi yang lebih dalam. Realitas Mata Uang Bersama BRICS: Antara Ambisi dan Hambatan Di atas kertas, BRICS memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap keuangan global melalui mata uang bersama. Pada KTT BRICS di Kazan, Oktober 2024, para anggota membahas pengembangan BRICS Pay, sistem pembayaran terdesentralisasi berbasis blockchain yang dirancang untuk menghubungkan sistem keuangan negara-negara anggota menggunakan mata uang digital bank sentral (CBDC). Namun, implementasi nyata jauh lebih kompleks daripada retorika. Pada KTT BRICS di Rio de Janeiro pada Juli 2025, tidak ada kemajuan konkret menuju de-dollarisasi yang serius. Deklarasi akhir tidak menyebut penciptaan mata uang bersama atau strategi terkoordinasi untuk mengurangi penggunaan dolar. Yang sebenarnya terjadi jauh lebih sederhana: penyelesaian sebagian perdagangan dalam mata uang lokal untuk mengurangi biaya dan mengurangi ketergantungan pada dolar untuk transaksi tertentu. Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva sempat menjadi pendukung vokal mata uang bersama BRICS pada KTT 2023 dan 2024. Namun, setelah ancaman tarif 100-150 persen dari Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara BRICS yang mengejar de-dollarisasi, Lula secara resmi menghapus gagasan mata uang bersama dari agenda kepresidenan BRICS Brasil 2025. Bahkan Vladimir Putin, yang sebelumnya tampak mendukung prospek ini, telah meninggalkannya. Pernyataan India juga memperjelas posisinya. Menteri Luar Negeri S. Jaishankar menjelaskan, “De-dollarisasi bukan bagian dari agenda keuangan India.” India lebih memilih strategi “derisking” perdagangan melalui diversifikasi mitra dan sistem pembayaran alternatif, bukan kemerdekaan dari dolar per se. Teori Optimum Currency Area: Mengapa Mata Uang Bersama BRICS Sulit Terwujud Untuk memahami mengapa mata uang bersama BRICS menghadapi hambatan besar, kita perlu memahami teori Optimum Currency Area (OCA). Teori yang dipopulerkan oleh Robert Mundell pada tahun 1960-an ini menetapkan kriteria spesifik yang harus dipenuhi agar kelompok negara dapat mengadopsi mata uang bersama dengan sukses. Kriteria OCA meliputi: kesamaan struktur ekonomi, tingkat keterbukaan perdagangan yang tinggi, mobilitas faktor produksi, homogenitas preferensi kebijakan, dan mekanisme transfer fiskal. Ketika diterapkan pada BRICS, analisis menunjukkan kesenjangan signifikan dalam memenuhi kriteria-kriteria ini. Keragaman ekonomi BRICS sangat ekstrem—dari ekonomi berbasis komoditas seperti Rusia dan Afrika Selatan hingga ekonomi manufaktur dan jasa seperti Tiongkok dan India. Keragaman ini meluas ke indikator ekonomi seperti tingkat inflasi, pertumbuhan PDB, dan kebijakan fiskal, yang tidak tersinkronisasi di seluruh blok. Disparitas dalam tingkat perkembangan ekonomi, tingkat inflasi, dan disiplin fiskal di antara negara-negara BRICS menimbulkan hambatan signifikan terhadap realisasi mata uang bersama dalam waktu dekat. Studi empiris memperkuat temuan ini. Penelitian tahun 2019 yang meneliti Shanghai Cooperation Organization (yang mencakup beberapa anggota BRICS) menemukan respons asimetris bank sentral terhadap guncangan internal dan

Perjalanan Emas sebagai Mata uang : Pelajaran 4000 Tahun Lindungi Kekayaan yang tak pernah terinflasi

Ketika Babilonia mencetak koin emas pertama sekitar 600 SM, mereka tidak hanya menciptakan alat tukar, mereka memulai sebuah legasi yang akan bertahan lebih lama dari kerajaan mereka sendiri. Ribuan tahun kemudian, emas masih berdiri tegak, melewati kejatuhan imperium, revolusi ekonomi, dan transformasi digital yang mengubah wajah dunia. Apakah Perjalanan emas begitu berpengaruh terhadap inflasi? Perjalanan Singkat Emas Melintasi Peradaban Bayangkan tahun 1760 Sebelum Masehi—jauh sebelum teknologi digital atau bahkan sistem perbankan modern—Raja Hammurabi sedang menyusun sebuah dokumen monumental di Mesopotamia. Code of Hammurabi bukan sekadar kumpulan hukum, melainkan formalisasi pertama peran uang dalam struktur masyarakat. Ini adalah momen historis ketika manusia sepakat: ekonomi membutuhkan standar, dan standar membutuhkan kepercayaan. Dan sejak saat itu, emas telah menjadi simbol kepercayaan tersebut. Pelajaran Krusial dari Abad ke-21 Inilah yang membuat emas relevan hari ini: pelajaran keras dari krisis modern yang memvalidasi kebijaksanaan ribuan tahun. 1. Perjalanan Emas saat Krisis Keuangan 2008: Ketika Sistem Modern Runtuh Lehman Brothers, salah satu bank investasi terbesar di dunia, kolaps dalam semalam. Triliunan dolar aset menguap. Sistem perbankan yang dianggap “terlalu besar untuk gagal” ternyata rapuh. Sementara itu, emas naik 25% dalam setahun setelah krisis—melindungi mereka yang memilikinya. Pelajaran: Institusi modern bisa runtuh, tetapi emas tetap berdiri. Bank sentral dunia hingga kini masih memegang sepertiga dari seluruh emas dunia (1,140 juta ounce)—bukan tanpa alasan. Mereka tahu bahwa emas adalah “war chest” yang dapat dimanfaatkan dalam kekacauan mata uang global. 2. Pandemi COVID-19 (2020-2023): Inflasi yang Menghancurkan Daya Beli Ketika pandemi melanda, bank sentral di seluruh dunia mencetak uang dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hasilnya? Inflasi global yang menghancurkan tabungan masyarakat. Di Indonesia, inflasi mencapai 5.51% pada 2022. Di AS, inflasi menyentuh 9.1%—tertinggi dalam 40 tahun. Namun, emas bereaksi berbeda. Harga emas mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa, melampaui $2.100 per ounce. Mereka yang menyimpan kekayaan dalam emas tidak hanya terlindungi, tetapi juga melihat nilai aset mereka meningkat. Pelajaran: John Maynard Keynes pernah mengingatkan, “Melalui proses inflasi yang berkelanjutan, pemerintah dapat menyita, secara diam-diam dan tidak teramati, bagian penting dari kekayaan warganya.” Emas adalah jawaban terhadap pencurian tersembunyi ini. Ketika Rp10 juta hari ini tidak sama dengan Rp10 juta lima tahun mendatang, emas mempertahankan daya belinya. 3. Ketidakstabilan Geopolitik: Perang Dagang hingga Konflik Dari perang dagang AS-China, konflik Rusia-Ukraina, hingga ketegangan di Timur Tengah—ketidakpastian geopolitik telah mendorong investor mencari “safe haven”. Setiap kali krisis geopolitik memuncak, harga emas naik. Bukan kebetulan—ini refleksi dari kepercayaan ribuan tahun bahwa emas adalah aset teraman saat dunia bergolak. Pelajaran: Dalam dunia yang semakin tidak dapat diprediksi, emas menawarkan stabilitas yang tidak dapat dijanjikan oleh mata uang fiat atau bahkan saham teknologi. George Bernard Shaw pada 1928 menulis: “Anda harus memilih antara mempercayai stabilitas natural emas dan kejujuran serta kecerdasan anggota pemerintah. Saya menyarankan Anda memilih emas.” 4. Era Digital: Emas Bertransformasi, Bukan Tergantikan Cryptocurrency muncul dengan janji desentralisasi dan kebebasan dari kontrol pemerintah. Bitcoin disebut “digital gold”. Namun volatilitasnya yang ekstrem—bisa naik 100% atau turun 70% dalam setahun—membuktikan bahwa ia lebih seperti aset spekulatif daripada penyimpan nilai. Di sinilah evolusi terjadi: gold-backed cryptocurrency menggabungkan keunggulan teknologi blockchain dengan stabilitas emas. Platform seperti NUNOMICS.id hadir sebagai solusi yang menghubungkan dunia fisik dan digital—memungkinkan Anda memiliki, menyimpan, dan bertransaksi dengan emas melalui teknologi modern tanpa kehilangan nilai intrinsiknya. Pelajaran: Teknologi adalah alat, bukan pengganti. Emas tidak bersaing dengan Bitcoin—ia melengkapi portofolio modern sebagai fondasi yang tidak tergoyahkan. Imam al-Ghazali dan Ibn Taymiyyah mengajarkan bahwa uang adalah alat, bukan tujuan. NUNOMICS.id mewujudkan prinsip ini: teknologi sebagai medium untuk mengakses stabilitas emas. Mengapa Ini Penting untuk Anda Hari Ini? Akuntabilitas Fiskal yang Hilang: Di bawah standar emas, pemerintah menghadapi batasan fundamental—mereka harus menjalankan anggaran berimbang karena setiap lembar mata uang harus di-backing oleh emas fisik. Ludwig von Mises menyebutnya sebagai “perlindungan terhadap pemerintah yang boros.” Tapi hari ini, dengan sistem fiat money, tombol “print money” praktis tanpa batas. Butuh dana stimulus? Print. Defisit membengkak? Print lagi. Dan siapa yang membayar tagihan ini? Rakyat—melalui inflasi yang menggerogoti daya beli secara diam-diam. Uang di rekening Anda tetap terlihat sama, tapi kemampuannya membeli barang berkurang setiap tahun. Ini bukan pajak resmi, tapi efeknya sama: transfer kekayaan dari kantong Anda ke kas negara. Financial Repression:  Alan Greenspan, mantan Ketua Federal Reserve AS, pernah menulis: “Deficit spending hanyalah skema untuk penyitaan kekayaan. Emas menghalangi proses berbahaya ini.” Ya, orang yang memimpin bank sentral paling powerful mengakui bahwa sistemnya adalah mekanisme transfer kekayaan terselubung. Dari 1945 hingga 1980, suku bunga riil negatif telah merugikan pemberi pinjaman sekitar 3-4% dari PDB per tahun—transfer masif dari penabung ke peminjam (pemerintah). Kalau Anda punya tabungan dengan bunga 3% tapi inflasi riil 5%, Anda sebenarnya kehilangan 2% daya beli per tahun—terus-menerus. Emas menjadi “musuh” sistem ini karena tidak bisa dimanipulasi: pemerintah tidak bisa mencetak emas, tidak bisa menurunkan “suku bunga emas.” Emas adalah opt-out dari permainan yang sedang Anda mainkan—bahkan tanpa tahu Anda sedang bermain. Stabilitas Jangka Panjang:  Mari bicara fakta keras: Sejak 1971, dolar AS telah kehilangan lebih dari 85% daya belinya—$100 di tahun 1971 hari ini hanya bernilai sekitar $15 dalam daya beli riil. Sementara itu, emas telah naik lebih dari 5,000% dalam periode yang sama, dari $35 per ounce menjadi lebih dari $2,000. Ini bukan karena emas “naik”—yang sebenarnya terjadi adalah mata uang fiat turun, dan emas hanya mencerminkan depresiasi itu. Ini bukan tentang spekulasi atau menjadi “gold bug” fanatik—ini tentang memahami permainan yang sedang dimainkan di belakang layar dan membuat keputusan yang melindungi kerja keras Anda dari erosi nilai yang sistematis. Karena pertanyaannya bukan “Apakah emas akan naik?” tetapi “Apakah mata uang Anda akan terus turun?”—dan sejarah 50 tahun terakhir sudah menjawabnya dengan sangat jelas. Tindakan Konkret untuk Sahabat NUNOMICS Sejarah telah berbicara melalui 26 abad: dari Code of Hammurabi hingga blockchain, dari Babilonia hingga bank sentral modern. Pertanyaannya bukan lagi “apakah emas relevan?” tetapi “seberapa besar porsi emas dalam portofolio Anda?” Bank sentral global tahu jawabannya—mereka memegang rata-rata 30% total cadangan mereka dalam bentuk emas yang tidak menghasilkan bunga. Jika penjaga sistem keuangan dunia menempatkan kepercayaan pada emas, mengapa Anda tidak? Di era ketidakpastian—inflasi yang merajalela, ketegangan geopolitik, dan manipulasi

Terbebani The Fed Rate Cut, Harga Emas Fisik JFXGOLD X Terkoreksi 0,72% Pada Awal November

Harga emas dunia lanjutkan koreksi harganya sampai dengan perdagangan hari ini. Setelah sempat menguat 2% pada perdagangan hari Jumat, emas dunia membuka perdagangan bulan November dengan pelemahan harga 0,72%. Setelah diumumkannya keputusan pemotongan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) pada 29 Oktober waktu AS memberikan efek yang berbeda terhadap harga emas. Biasanya harga emas akan menguat ketika terjadi pemotongan suku bunga oleh The Fed, karena emas lebih diuntungkan dikala suku bunga rendah, namun kali ini berbeda. Meskipun harga emas dunia sempat menguat pada 29 Oktober sore, namun hal ini tidak menolong harganya kembali ke posisi tertinggi. Sebaliknya, usai pemotongan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed, harga emas justru lanjutkan koreksi harganya. Hal ini tentu menarik pertanyaan publik, apa yang menyebabkan penguatan harga emas tertahan setelah pemotongan suku bunga? Pada 29 Oktober waktu AS melalui konferensi pers setelah menyampaikan keputusan tentang pemotongan suku bunga 25 bps ke level 3,75 – 4%, Jerome Powell ketua The Fed mengatakan bahwa The Fed belum yakin akan menurunkan suku bunganya pada FOMC Desember mendatang. Sebelumnya pada pertemuan September komite menyebut adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga pada tahun ini sebanyak tiga kali, namun Powell memperingatkan pasar agar tidak menganggap pemotongan Desember sebagai kepastian. “Dalam diskusi rapat kali ini, terdapat perbedaan pandangan yang cukup kuat mengenai langkah Desember. Pemangkasan lebih lanjut pada pertemuan Desember bukan sesuatu yang pasti. Jauh dari itu,” kata Powell. Hal ini membawa harga emas kembali lanjutkan koreksinya sebab terbebani oleh ketidakpastian pemangkasan suku bunga The Fed pada FOMC terakhir tahun ini. Melansir dari live streaming market update bersama MetalNews Digital, Robby Leonardo – Head of Research, Analyst and Market Development Metalbank Global mengatakan bahwa saat ini emas sedang ambil nafas setelah reli tajam pada Oktober. Penguatan dolar AS dan penurunan ekspektasi tentang pemotongan suku bunga The Fed menekan harga emas. “Pasar dolar AS yang melemah mengurangi ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed yang agresif, dan pelonggaran ketegangan perdagangan AS-China yang mengurangi permintaan safe haven secara langsung”. Meskipun sedang mengalami fase koreksi harga, ramalan tentang penguatan harga emas banyak disampaikan salah satunya oleh Morgan Stanley. Ia memperkirakan harga emas akan mencapai US$ 4.500 per troy ounce pada pertengahan 2026. “Pergerakan harga terbaru telah membawa emas ke wilayah ‘overbought’ berdasarkan Indeks Kekuatan Relatif (RSI), tetapi koreksi terbaru telah membawanya ke level yang lebih sehat, kemungkinan membersihkan posisi,” kata Morgan Stanley dalam sebuah catatan dilansir dari Reuters.com. Namun, Morgan Stanley memperingatkan bahwa risiko penurunan tetap ada, termasuk volatilitas harga yang berpotensi mendorong investor beralih ke kelas aset lain atau keputusan bank sentral untuk mengurangi cadangan emas. Rincian Harga Emas Fisik JFXGOLD X 3 November 2025 : Pemantauan harga dan transaksi emas fisik di Bursa Komoditi JFX melalui platform JFXGOLD X dapat diaskes pada aplikasi NUNOMICS. Simak informasi lainnya hanya di MetalNews.

Tok! The Fed Potong Suku Bunga 0,25 Bps, Bagaimana Kabar Emas?

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) umumkan keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) tadi malam (30/10/2025) waktu Indonesia. Dalam kesempatannya Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan keputusan The Fed untuk melakukan pemotongan suku bunga acuan sebesar 0,25% menjadi 3,75% – 4%. Pemotongan suku bunga ini merupakan kali keduanya The Fed memotong suku bunga acuan pada tahun 2025. Keputusan untuk melakukan pemotongan suku bunga ini merupakan langkah yang diambil di tengah kekhawatiran melemahnya pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) dan terbatasnya release data ekonomi akibat penutupan pemerintahan AS atau US Shutdown. Melalui penjelasannya Powell menyampaikan bahwa Inflasi telah meningkat sejak awal tahun dan tetap relatif tinggi. Komite berupaya mencapai tingkat pengangguran minimum dan inflasi sebesar 2 persen dalam jangka panjang. Ketidakpastian mengenai prospek ekonomi tetap tinggi. Komite memperhatikan risiko terhadap kedua sisi mandat gandanya dan menilai bahwa risiko penurunan terhadap lapangan kerja meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Untuk mendukung tujuannya dan mengingat pergeseran dalam keseimbangan risiko, Komite memutuskan untuk melakukan pemotongan suku bunga acuan sebesar 0,25%. Melansir dari siaran FOMC Press Conference, 29 Oktober 2025 waktu Amerika pada kanal YouTube Federal Reserve, terdapat 3 poin dari keputusan pemotongan suku bunga oleh The Fed pada FOMC Oktober ini. Komite sangat berkomitmen untuk mendukung penciptaan lapangan kerja maksimal dan mengembalikan inflasi ke target 2 persen. Dalam menilai sikap kebijakan moneter yang tepat, Komite akan terus memantau implikasi informasi terbaru terhadap prospek ekonomi. Komite siap menyesuaikan sikap kebijakan moneter sesuai kebutuhan jika muncul risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan Komite. Penilaian Komite akan mempertimbangkan berbagai informasi, termasuk data tentang kondisi pasar tenaga kerja, tekanan inflasi, dan ekspektasi inflasi, serta perkembangan keuangan dan internasional. Pemotongan suku bunga acuan yang dilakukan oleh The Fed tidak banyak menolong harga emas. Setelah sempat rebound pada Rabu sore (29/10/2025) kemarin, saat ini harga emas kembali melemah setelah para investor memanfaatkan kondisi rebound untuk taking profit atau mengambil keuntungan. Robby Leonardo – Head of Research, Analyst and Market Development Metalbank Global Monetary mengatakan peningkatan kecil seiring pelemahan dolar, namun tekanan ambil untung tetap dominan di awal sesi membuat emas mengalami koreksi harga setelah lonjakan tajam pada bulan Oktober. Peter Grant ahli strategi logam senior mengatakan emas memberikan reaksi secara logis terhadap upaya Powell untuk mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada Desember.”Emas bereaksi secara logis terhadap upaya Powell untuk mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada Desember. Kita sudah melihat Fed funds futures memangkas ekspektasi, yang akan berdampak positif terhadap dolar dan negatif terhadap emas,” ujar Peter Grant, dikutip dari Reuters. Tai Wong seorang pedagang logam independen menyatakan bahwa pemotongan suku bunga Oktober ini oleh The Fed melemahkan pemulihan logam mulia. “Fakta bahwa penurunan suku bunga pada Desember sekarang dipertanyakan akan melemahkan pemulihan logam mulia,” ujar Tai Wong dikutip dari CNBC Indonesia. Emas fisik JFXGOLD X telah menguat lebih dari 50% sepanjang tahun 2025, Emas fisik JFXGOLD X juga berhasil mencapai rekor tertinggi di level US$ 4.353.03 per troy ons pada 21 Oktober, tetapi telah turun lebih dari 9% sejauh minggu ini, sebagian karena meredanya ketegangan perdagangan. Rincian Harga Emas Fisik JFXGOLD X 30 Oktober 2025 : Simak informasi lainnya hanya di MetalNews.

Menguat 47% Sepanjang Tahun 2025, Hari Ini Harga Emas Fisik JFXGOLD X Tembus US$ 3.900/toz

Harga emas dunia terus berikan kejutan di setiap perdagangannya. Pada perdagangan hari ini saja Senin (6/10/2025) harga emas dunia berhasil kejutkan market dengan capaiannya kembali pecahkan rekor harga ke angka US$ 3.923.48 per troy ounce atau Rp. 2.125.120 per gram. Lonjakan harga emas fisik JFXGOLD X tidak lain terjadi akibat dorongan permintaan aset safe haven akibat risiko penutupan pendanaan pemerintah (shutdown) Amerika Serikat (AS) dan penyesuaian harga pasar yang lebih dalam terhadap pemotongan suku bunga oleh Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Dua hal ini memiliki peran untuk menurunkan imbal hasil yang diharapkan dan mendukung pergerakan harga emas. Tidak berhenti disini, harga emas dunia bahkan diramal akan semakin perkasa pada perdagangan selanjutnya. Sepanjang tahun 2025 saja, harga emas fisik di bursa komoditi JFX yang transaksinya menggunakan harga pasar dunia tercatat telah menguat sebanyak 47%, hal ini menjadi kinerja harga emas terbaik sepanjang masa. “Harga emas spot melonjak ke rekor baru di pasar AS sebesar US$ 3.900, didorong oleh permintaan safe haven akibat risiko penutupan pendanaan pemerintah AS dan penyesuaian harga pasar yang lebih dalam/lebih mungkin terhadap pemotongan suku bunga The Fed – keduanya menurunkan imbal hasil riil yang diharapkan dan mendukung harga emas.” Robby Leonardo – Head of Research, Analyst and Market Development Metalbank Global Monetary. Melansir dari bloombergtechnoz.com semestinya akhir pekan lalu ada data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada periode September. Angka penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) dan tingkat pengangguran menjadi data krusial yang diumumkan. Namun melihat kondisi pemerintah AS yang masih mengalami penutupan sementara atau shutdown maka rilis data tersebut terpaksa ditunda. Hal ini membuat pelaku pasar menjadi kehilangan arah dan kesulitan untuk menentukan langkah selanjutnya tanpa panduan data yang memadai. “Anda tidak akan mau terbang dengan mata tertutup di lingkungan seperti ini,” tegas Gregory Daco, Ekonom EY-Parthenon, seperti dikutip dari Bloomberg News. Rincian Harga Emas Fisik JFXGOLD X 6 Oktober 2025 : Pemantauan harga dan transaksi emas fisik di Bursa Komoditi JFX melalui platform JFXGOLD X dapat diaskes pada aplikasi NUNOMICS. Simak informasi lainnya hanya di MetalNews.

Investasi Emas untuk Generasi Z: 7 Panduan Lengkap Persiapan & Tips Jitu

Hai Penggiat Investasi! Masih bingung mau investasi apa di era yang serba tidak pasti ini? Emas bisa jadi pilihan yang solid, lho! Meskipun terdengar kuno, investasi emas tetap relevan bahkan untuk generasi yang lahir di era digital seperti kita. Yuk, simak panduan lengkapnya! Kenapa Emas Masih Layak untuk Generasi Z? Di tengah volatilitas pasar kripto dan saham yang bikin jantung berdebar, emas menawarkan stabilitas yang kita butuhkan. Memiliki alokasi emas yang tepat dalam portofolio investasi bisa menguntungkan tahun ini, kata para ahli. Di tahun 2024, harga emas meroket ke rekor tertinggi. Di tahun 2025, emas melanjutkan performa kuatnya dan bergerak di atas 3.000 dolar, menunjukkan performa yang solid. Investasi emas menawarkan diversifikasi, lindung nilai terhadap inflasi, dan stabilitas selama pasar naik karena korelasinya yang rendah dengan aset lain. Plus, dengan teknologi sekarang, investasi emas tidak harus ribet seperti zaman dulu! Persiapan Wajib Sebelum Investasi Emas 1. Tentukan Tujuan Keuangan & Waktu Investasi Tentukan dulu tujuan investasimu: apakah untuk dana darurat, dana menikah, atau persiapan pensiun? Jangka waktu ini penting karena emas lebih cocok untuk investasi jangka menengah hingga panjang (minimal 3-5 tahun). 2. Siapkan Dana Darurat Sebelum masuk ke investasi emas, pastikan kamu sudah punya dana darurat minimal 3-6 bulan pengeluaran. Emas memang stabil, tapi likuiditasnya tidak secepat rekening tabungan. 3. Riset & Edukasi Pelajari faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas: kondisi ekonomi global, inflasi, nilai tukar USD, dan geopolitik. Ekspansi ekonomi: positif untuk konsumsi emas karena ekonomi yang berkembang meningkatkan permintaan untuk perhiasan dan elektronik, sementara risiko dan ketidakpastian: emas cenderung bersinar di masa risiko tinggi dan ketidakpastian. Ikuti akun-akun finansial yang kredibel dan baca artikel ekonomi secara rutin. 4. Pilih Platform Investasi Pilih platform investasi emas yang terpercaya dan sesuai dengan gaya investasimu. Ada berbagai pilihan: emas fisik, emas digital, dana investasi emas, atau reksa dana emas. Tips & Trik Investasi Emas untuk Pemula 1. Mulai Kecil, Berpikir Besar Pertimbangkan untuk memulai dengan investasi sederhana untuk mengurangi risiko dan mendapat pengalaman. Mulai dengan nominal yang tidak membuat kamu stres. Mulai dengan alokasi portofolio 5-10%, banyak platform sekarang yang memungkinkan investasi emas mulai dari Rp10.000. Yang penting konsisten! 2. Strategi Rata-rata Biaya (DCA) Beli emas secara rutin dengan nominal tetap, misalnya Rp500.000 setiap bulan. Dengan emas di rekor tertinggi tahun 2025, rata-rata biaya membantu mengatur waktu masuk sambil mengurangi risiko waktu pasar dan rata-rata harga pembelian. 3. Diversifikasi Bentuk Investasi Emas Ada beberapa cara untuk berinvestasi dalam logam mulia ini, termasuk membeli emas fisik seperti batangan dan koin emas, berinvestasi di perusahaan yang menambang dan memproduksi produk emas, dan berinvestasi dalam dana investasi emas. Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang. Kombinasikan emas fisik (untuk jaga-jaga) dan emas digital (untuk kemudahan transaksi). 4. Pantau Tapi Jangan Obsesif Cek harga emas secara berkala, tapi jangan sampai jadi stres memantau terus. Ingat, investasi emas adalah permainan jangka panjang! 5. Waktu Penting (Tapi Bukan Segalanya) Meskipun waktu tidak sepenuhnya menentukan, teliti tren pasar emas saat ini dan data harga historis untuk menginformasikan waktu investasi kamu. Perhatikan momen-momen seperti: 6. Pertimbangkan Implikasi Pajak Pahami aspek pajak dari investasi emas. Di Indonesia, keuntungan dari investasi emas digital biasanya dikenai pajak penghasilan. 7. Jaga Keamanan Emas Fisik Jika memilih emas fisik, pastikan penyimpanannya aman. Pertimbangkan safe deposit box di bank atau brankas di rumah yang berkualitas. Bendera Merah yang Harus Dihindari Penting untuk diingat bahwa emas atau perak atau logam lainnya bukanlah tempat yang “aman” untuk menyimpan kekayaan kamu. Seperti komoditas lainnya, harga logam mulia naik ketika permintaan naik, jadi ketika kecemasan atau ketidakstabilan ekonomi tinggi, orang yang biasanya mendapat keuntungan dari logam mulia adalah para penjualnya. Waspadai juga: Siap Memulai Perjalanan Investasi Emas? Mau mulai investasi emas tapi masih bingung cara yang aman dan sesuai syariat? NUNOMICS.id adalah solusinya! Sebagai jaringan ekosistem digital syariah yang dibentuk atas inisiatif generasi pejuang Nahdlatul Ulama, NUNOMICS hadir khusus untuk meningkatkan kualitas hidup muslim Indonesia. Kenapa harus pilih NUNOMICS untuk investasi emas? 🏆 Tabungan Emas Fisik yang Terpercaya ✨ Insya Allah Amanah & Berkah 🎯 Fitur Lengkap dalam Satu Ekosistem Jangan cuma jadi penonton di permainan finansial ini! Unduh aplikasi NUNOMICS sekarang dan mulai perjalanan investasi emas yang berkah. Karena investasi yang baik bukan hanya menguntungkan dunia, tapi juga akhirat! Kunjungi NUNOMICS.id untuk info lengkap dan mulai tabungan emas fisik pertama kamu hari ini! 💎📱 Kesimpulan Investasi emas bisa jadi pilihan yang cerdas untuk Generasi Z yang ingin diversifikasi portofolio. Kunci suksesnya adalah persiapan yang matang, strategi yang tepat, dan konsistensi jangka panjang. Ingat, investasi adalah maraton, bukan lari cepat! Tinjauan Pustaka :https://www.forbes.com/uk/advisor/investing/is-gold-a-good-investment/https://www.youtube.com/watch?v=aLMnRjVtC7U

Rekor Baru Terus Tercipta, Setelah Naik 16% Emas Fisik JFXGOLD X Buka Bulan Oktober dengan Harga Rp 2,1 Juta/gram

Harga emas dunia masih bergerak tanpa rem sampai dengan hari ini. Tidak terasa 3 bulan sudah harga emas dunia alami penguatan yang cukup signifikan, sampai dengan hari ini harganya masih terus alami penguatan. Hal yang sama terjadi pada harga emas fisik di bursa komoditi JFX yakni emas fisik JFXGOLD X. Berdasarkan data harga emas fisik JFXGOLD X tahun 2025, harga emas fisik yang berstandar London Bullion Market Association (LBMA) ini berhasil naik lebih dari 16% sejak bulan Juli – September 2025. Selama bulan September saja harganya sudah melewati 3 kali pemecahan rekor harga tertinggi sepanjang masa. Pertama, pada tanggal 9 September 2025 harga emas fisik di bursa komoditi JFX untuk pertama kalinya tembus US$ 3.655.68 per troy ounce. Kedua, pada tanggal 23 September 2025 harganya kembali menguat dan pecahkan rekor harga tertinggi sepanjang masa dengan menduduki angka US$ 3.747.43 per troy ounce. Ketiga, pada tanggal 30 September 2025 harga emas fisik JFXGOLD X berhasil tutup bulan September dengan harganya yang tembus ke posisi US$ 3.850.7 per troy ounce. Pemecahan rekor harga tertinggi sepanjang masa ini membuat harga emas fisik JFXGOLD X selama bulan September 2025 alami penguatan harga lebih dari 8%. Menanggapi hal ini, Robby Leonardo – Head of Research, Analyst and Market Development Metalbank Global Monetary mengatakan bahwa saat ini emas berada di dekat level rekor tertinggi, serta adanya kekhawatiran akan kemungkinan penutupan pemerintahan Amerika Serikat (Shutdown). “Pasar tetap dipengaruhi oleh berita utama yaitu emas yang berada di dekat level rekor tertinggi karena spekulasi pemotongan suku bunga The Fed dan aliran dana ke aset aman, minyak bergerak fluktuatif karena kekhawatiran pasokan dan aliran kembali dari Kurdistan saling menyeimbangkan, USD/IDR tetap di kisaran tengah 16.000 yang lebih lemah dengan pesan intervensi Bank Indonesia, saham AS berhati-hati terkait risiko shutdown data tetapi mempertahankan kenaikan terbaru, dan JCI tetap sensitif terhadap aliran dana.” ucapnya kepada tim MetalNews Digital. Risiko penutupan pemerintahan AS membawa investor berlomba-lomba beralih ke aset safe haven. Sementara data tenaga kerja yang melemah memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Melansir dari Reuters.com Senat AS gagal mengesahkan undang-undang yang memperpanjang pendanaan pemerintah, hal ini mendekatkan negara tersebut ke penutupan pemerintah. Sementara Presiden Donald Trump mengancam akan melakukan pemotongan tenaga kerja federal tambahan. Sebagai aset safe haven emas dipandang aman saat situasi bergejolak seperti yang saat ini sedang terjadi. Biasanya emas menjadi pilihan para investor untuk mengamankan portofolio mereka. Melihat harga emas yang terus menguat selama 3 bulan terakhir, tidak menutup kemungkinan untuk investor menjalankan aksi taking profit. Namun ada juga investor yang memilih untuk menahan asetnya untuk menanti harga yang jauh lebih tinggi di waktu mendatang. Naiknya harga emas tidak melulu soal taking profit, karena keputusan untuk menjual emas saat harga naik bergantung pada situasi serta kondisi finansial masing-masing. Investor dapat memilih untuk menjual emas saat harganya sedang tinggi dan merealisasikan keuntungan besar, atau memilih untuk memanfaatkan momen ini dengan memilih beli dan menyimpan tabungan emasnya karena percaya akan spekulasi harga yang akan terus naik dalam jangka panjang. Bagi investor yang ingin membeli emas dapat memanfaatkan program GoldDrips yang merupakan program kolaborasi JFX, KBI, dan Perantara Perdagangan dalam platform perdagangan emas fisik secara digital dalam bursa JFXGOLD X. Melalui program ini investor dapat merasakan beli emas fisik JFXGOLD X dan mendapatkan manfaat berkali-kali lipat. Program GoldDrips ini dapat diakses melalui transaksi emas fisik secara digital di dalam bursa JFXGOLD X pada aplikasi METALGO+, Pospay Gold, NUNOMICS dan BMT Digi. Rincian Harga Emas Fisik JFXGOLD X 1 Oktober 2025 : Pemantauan harga dan transaksi emas fisik di Bursa Komoditi JFX melalui platform JFXGOLD X dapat diaskes pada aplikasi NUNOMICS. Simak informasi lainnya hanya di MetalNews.

Scroll to Top